ASUHAN KEPERAWATAN
“ gagal ginjal akut “
OLEH
KELOMPOK III
ILHAMUDIN ADAM
NUR ILIN S. RAHMAT
INDRA BUNGKURAN
SOLEHA MEI UTARI
INDAH NABILA QASSEM
ROMI MBUINGA
INDRIYANI HASAN
HERLINA RADJIMAN
TITI JULIA SUNE
SRI MUTIA TANTU
MUKMIN TAIB
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO
TAHUN 2014
A. Konsep Medik
a. Definisi
Gagal ginjal akut ( GGA ) atau yang di kenal dengan Acute Renal Fallure ( ARF ) adalah sekumpulan gejala yang mengakibatkan disfungsi ginjal secara mendadak.
Gagal ginjal akut ( GGA ) adalah kemunduran yang cepat dari kemampuan ginjal dalam membersihkan darah dari bahan-bahan racun, yang menyebabkan penimbunan limbah metabolik di dalam darah (misalnya urea).
b. Etiologi
Tiga kategori utama kondisi penyebab Gagal Ginjal Akut adalah :
Ø Pra Renal
- Penurunan volume vaskuler
- Kehilangan darah/plasma : perdarahan luka bakar
- Kehilangan cairan ekstraselluer : muntah,diare
- Kenaikan kapasitas kapiler : Reaksi anafilaksis
- Penurunan curah jantung/kegagalan pompa jantung : Gagal jantung
kongestif, Dysritmia, Emboli paru, Infark jantung.
Ø Intra/ Post Renal
- Kondisi seperti terbakar, udema akibat benturan dan infeksi
- Berhentinya fungsi renal.
- Faktor penyebab adalah : pemakaian obat-obat anti inflamasi, non
steroid terutama pada pasien lansia.
Ø Pasca Renal
- Obstruksi dibagian distal ginjal
- Tekanan ditubulus distal menurun, akhirnya laju filtrasi glomerulus
Meningkat
c. Patofisiologi
Ø Perjalanan klinis GGA di bagi menjadi 3 stadium, yaitu :
a. Stadium Oliguria
Stadium oliguria biasanya timbul dalam waktu 24 sampai 48 jam sesudah terjadinya trauma pada ginjal. Produksi urin normal adalah 1-2 liter/24jam. Pada fase ini pertama-tama terjadi penurunan produksi urin sampai kurang dari 400cc/24 jam. Tidak jarang produksi urin sampai kurang dari 100cc/24 jam, keadaan ini disebut dengan anuria. Pada fase ini penderita mulai memperlihatkan keluhan-keluhan yang diakibatkan oleh penumpukan air dan metabolit-metabolit yang seharusnya diekskresikan oleh tubuh, seperti mual, muntah, lemah, sakit kepala, kejang dan lain sebagainya. Perubahan pada urin menjadi semakin kompleks, yaitu penurunan kadar urea dan kreatinin. Di dalam plasma terjadi perubahan biokimiawi berupa peningkatan konsentrasi serum urea, kreatinin, elektrolit (terutama K dan Na).
b. Stadium Diuresis
Stadium diuresis dimulai bila pengeluran kemih meningkat sampai lebih dari 400 ml/hari, kadang-kadang dapat mencapai 4 liter/24 jam. Stadium ini berlangsung 2 sampai 3 minggu. Volume kemih yang tinggi pada stadium ini diakibatkan karena tingginya konsentrasi serum urea, dan juga disebabkan karena masih belum pulihnya kemampuan tubulus yang sedang dalam masa penyembuhan untuk mempertahankan garam dan air yang difiltrasi. Selama stadium dini diuresi, kadar urea darah dapat terus meningkat, terutama karena bersihan urea tak dapat mengimbangi produksi urea endogen. Tetapi dengan berlanjutnya diuresis, azotemia sedikit demi sedikit menghilang, dan pasien mengalami kemajuan klinis yang benar.
c. Stadium Penyembuhan
Stadium penyembuhan GGA berlangsung sampai satu tahun, dan selama masa itu, produksi urin perlahan–lahan kembali normal dan fungsi ginjal membaik secara bertahap, anemia dan kemampuan pemekatan ginjal sedikit demi sedikit membaik, tetapi pada beberapa pasien tetap menderita penurunan glomerular filtration rate (GFR) yang permanen.
d. Manifestasi Klinik
Adapun tanda dan gejala terjadinya gagal ginjal yang dialami penderita secara akut antara lain :
a. Bengkak mata, kaki
b. Nyeri pinggang hebat (kolik)
c. kencing sakit, sedikit kadang timbul merah/darah bahkan sering kencing
d. Demam
f. Berkurangnya rasa, terutama di tangan atau kaki
g. Perubahan mental atau suasana hati
i. Tremor tangan
j. Mual, muntah
e. Komplikasi
1. Jantung : Edema paru, Aritmia,
2. Gangguan Elektrolit : Hyperkalamia, Hiponatremia, Asidosis
3. Neurologi : Tremor, Koma, Gangguan Kesadaran, Kejang
4. Gastrointestinal : Nausea, Muntah, Gastritis
5. Hematologi : Anemia
6. Infeksi : Pneumonia, Infeksi Nasocomial
f. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
a. Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
- Observasi balance cairan
- Observasi adanya odema
- Batasi cairan yang masuk
b. Dialysis
- Peritoneal dialysis biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat
akut adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial Dialysis )
- Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri, dan
- Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke jantung )
c. Operasi
- Pengambilan batu
- Transplantasi ginjal
g. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan lab.darah
- Hematologi ( Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit )
- RFT ( renal fungsi test )
ureum dan kreatinin
- LFT (liver fungsi test )
- Elektrolit
Klorida, kalium, kalsium
- BGA
2. Urine
- Urine rutin
- Urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
3. Pemeriksaan Kardiovaskuler
- ECG
- ECO
4. Radidiagnostik
- USG abdominal
- CT scan abdominal
- Renogram
h. Pemeriksaan Diagnostik
1. Elektrokardiogram ( EKG )
2. Kajian Foto toraks dan Abdomen
2. Kajian Foto toraks dan Abdomen
3. Osmolalitas Serum
4. Ultrasonografi Ginjal
5. Endoskopi Ginjal
4. Ultrasonografi Ginjal
5. Endoskopi Ginjal
6. Arteriogram Ginjal
B. Konsep Keperawatan
a. Pengkajian
1. Aktifitas dan istirahat
a. Gejala : Kelitihan kelemahan malaese
b. Tanda : Kelemahan otot dan kehilangan tonus.
2. Sirkulasi.
Tanda :
- Hipotensi/hipertensi (termasuk hipertensi maligna,eklampsia, hipertensi
akibat kehamilan).
- Disritmia jantung.
- Nadi lemah/halus hipotensi ortostatik(hipovalemia).
- DVI, nadi kuat,Hipervolemia).
- Edema jaringan umum (termasuk area periorbital mata kaki sakrum).
- Pucat, kecenderungan perdarahan.
3. Eliminasi
a. Gejala : Perubahan pola berkemih, peningkatan frekuensi,poliuria (kegagalan dini), atau penurunan frekuensi/oliguria (fase akhir)
Disuria, ragu-ragu, dorongan, dan retensi (inflamasi/obstruksi, infeksi).
Abdomen kembung diare atau konstipasi
Riwayat HPB, batu/kalkuli
b. Tanda : Perubahan warna urine contoh kuning pekat,merah, coklat, berawan.
Oliguri (biasanya 12-21 hari) poliuri (2-6 liter/hari).
4. Makanan/Cairan
a. Gejala : Peningkatan berat badan (edema) ,penurunan berat badan (dehidrasi).
Mual , muntah, anoreksia, nyeri uluhati
Penggunaan diuretik
b. Tanda : Perubahan turgor kulit/kelembaban.
Edema (Umum, bagian bawah).
5. Neurosensori
a. Gejala : Sakit kepala penglihatan kabur.
Kram otot/kejang, sindrom “kaki Gelisah”.
b. Tanda : Gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran (azotemia, ketidak seimbangan elektrolit/ asama basa.
Kejang, faskikulasi otot, aktifitas kejang.
6. Nyeri/Kenyamanan
a. Gejala : Nyeri tubuh , sakit kepala
b. Tanda : Perilaku berhati-hati/distrkasi, gelisah.
7. Pernafasan
a. Gejala : nafas pendek
b. Tanda : Takipnoe, dispnoe, peningkatan frekuensi, kusmaul, nafas amonia, batuk produktif dengan sputum kental merah muda( edema paru ).
8. Keamanan
a. Gejala : adanya reaksi transfusi
b. Tanda : demam, sepsis(dehidrasi), ptekie atau kulit ekimosis, pruritus, kulit kering.
9. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : riwayat penyakit polikistik keluarga, nefritis herediter, batu urianrius, malignansi., riwayat terpapar toksin,(obat, racun lingkungan), Obat nefrotik penggunaan berulang Contoh : aminoglikosida, amfoterisisn, B,anestetik vasodilator, Tes diagnostik dengan media kontras radiografik, kondisi yang terjadi bersamaan tumor di saluran perkemihan, sepsis gram negatif, trauma/cedera kekerasan , perdarahan, cedra listrik, autoimunDM, gagal jantung/hati.
b. Diagnose Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
1. Kekurangan cairan b/d intake dan out put tidak seimbang
1. Kekurangan cairan b/d intake dan out put tidak seimbang
2. Resiko gangguan transport oksigen b/d Hb. Berkurang
3. Resiko terjadi infeksi b/d tindakan injury pada jaringan kulit sampai ginjal
c. Perencanaan
DX I : Kekurangan cairan b/d intake dan out put tidak seimbang.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam
Kekurangan cairan tidak terjadi
Kriteria hasil :
- Intake dan out put seimbang
- Turgor kulit baik.
- Membran mukosa lembab, nadi ferifer teraba, elektroluit dalam batas normal.
Intervensi :
NO
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1
|
Ukur pemasukan dan pengeluaran dengan akurat
|
Membantu memperkirakan kebutuhan cairan
|
2
|
Perhatikan tanda dan gejala dehidrasi
|
Kehilangan caiarn dapat menyebabkan status gangguan hipovolemik
|
3
|
Berikan cairan yang diizinkan/program pengobatan
|
Fase diuretik dpt. berlanjut fase oliguria, waspada dehidrasi nokturnal
|
4
|
Kontrol suhu lingkungan
|
Menurunkan diaforesis..
|
DX II : Resiko gangguan transport oksigen b/d Hb. Berkurang
Tujuan : Setelah Di lakukan Tindakan Keperawatan selama 1 X 24
klien dapat menunjukan peningkatan Hb.
Kriteria hasil : Hb. Meningkat, mual muntah berkurang, nafsu makan
bertambah
Intervensi :
NO
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1
|
Jelaskan penyebab badan lemas, tidak nafsu makan, mual-mual.
|
Dengan penjelasan klien dapat memahami sehingga dapat berkoordinasi dalam tindakankeperawatan/terapi.
|
2
|
Berikan Transfusi s/d program pengobatan
|
Meningkatkan Hb.meningktan transport oksigen
|
3
|
Istirahatkan klien
|
Membatasi kebutuhasn oksigenasi jaringan.
|
4
|
Berikan diet s/d program( TKRP)
|
Menyesuaikan dengan fungsi ginjal yang terganggu
|
5
|
Observasi vital sign dan daerah akral
|
Deteksi dini gangguan transport oksigen daerah ferifer
|
6
|
Kolaborasi :
Berikan Anti mual sebelum makan
|
Mengatasi gangguan , meningkatkan nafsu makan, memperbaiki kondisi.
|
DX III : Resiko terjadi infeksi b/d tindakan injury pada jaringan
kulit sampai ginjal
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan 1 x 24 klien tidak
menunjukan tanda-tanda infeksi
Kriteria hasil : Daerah pemasangan PNS. Tidak bengkak, tidak merah,
tidak keluar cairan exudat, tidak nyeri.
Intervensi :
NO
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1
|
Rawat luka daerah pemasangan PNS setiap hari, dengan memperhatikan sterilitas.
|
Membatasi/menghindari terjadinya infeksi
|
2
|
Observasi tanda-tanda infeksi pada daerah pemasangan PNS.
|
Membatasi/menghindari terjadinya infeksi
|
3
|
Berikan obat antibiotika s/d program pengobatan.
|
Deteksi dini terhadap tanda-tanda infeksi
|
- Doenges, Marilyn E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien : alih bahasa, I Made Kariasa ; editor, Monica, Ester, Edisi 3, EGC ; Jakarta.
- Brummer & Suddart. 2002. Edisi 8. Vol 2. Jakarta : EGC.
- Carpenito, L. J. 2001. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa Keperawatan dan Masalah Keperawatan. Jakarta : EGC.