ASUHAN KEPERAWATAN
“ KARSINOMA TULANG “
OLEH
KELOMPOK
III
INDAH
NABILA B. QASSEM
IKA
SULISIANINGSIH DAI
HERLINA
RADJIMAN
ISMAIL
PUANA
FIDYAWATI
DJ. NASIHUN
ENDAH
PANGESTI
ILHAMUDIN
ADAM
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
GORONTALO
TAHUN 2014
A. Konsep Medik
a. Definisi
Osteosarkoma merupakan tumor tulang maligna primer
yang paling lazim dan seringkali berakibat fatal dan dapat timbul sebagai
metastase sekunder dari ekstrimitas tungkai pada 50% kasus. Biasanya terdapat
pada lokasi bekas radiasi atau lebih sering sebagai penyerta pada penyakit
paget. Osteosarkoma sering terjadi pada laki-laki pada kelompok usia 10-25
tahun dan pada orang tua yang mengalami penyakit paget.
b. Etiologi
Penyebab yang pasti terhadap kanker belum diketahui
secara jelas tetapi faktor-faktor etiologi yang membantu terbentuknya kanker
sudah banyak diketahui yang disebut bahan-bahan karsinogen, sinar ultraviolet,
sinar radio aktif, parasit dan virus.
c. Patofisiologi
Adanya tumor di tulang menyebabkan reaksi
tulang normal dengan respons osteolitik (destruksi tulang) atau respons
osteoblastik (pembentukan tulang).
Beberapa tumor tulang sering terjadi dan
lainnya jarang terjadi, beberapa tidak menimbulkan masalah, sementara lainnya ada
yang sangat berbahaya dan mengancam jiwa.
Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang
panjang dan biasa ditemukan pada ujung bawah femur, ujung atas humerus dan
ujung atas tibia.Secara histolgik, tumor terdiri dari massa sel-sel kumparan
atau bulat yang berdifferensiasi jelek dan sering dengan elemen jaringan
lunak seperti jaringan fibrosa atau miksomatosa atau kartilaginosa yang
berselang seling dengan ruangan darah sinusoid. Sementara tumor ini memecah
melalui dinding periosteum dan menyebar ke jaringan lunak
sekitarnya; garis epifisis membentuk terhadap gambarannya di dalam
tulang.
d. Manifestasi Klinik
Adapun tanda dan
gejala terjadinya karsinoma
tulang yang dialami penderita
antara lain :
-
Rasa
sakit (nyeri)
-
Pembengkakan
-
Keterbatasan
gerak
-
Menurunnya
berat badan
-
Teraba
massa; lunak dan menetap dengan kenaikan suhu kulit di atas massa serta
distensi pembuluh darah.
e. Komplikasi
a. Akibat
langsung: Patah tulang
b.
Akibat
tidak langsung: Penurunan berat badan, anemia, penurunan
kekebalan tubuh
c.
Akibat pengobatan: Gangguan
saraf tepi, penurunan kadar sel darah,
kebotakan pada kemoterapi.
f. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan
tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan
secara umum meliputi pengangkatan tumor, pencegahan amputasi jika memungkinkan
dan pemeliharaan fungsi secara maksimal dari anggota tubuh atau ekstremitas
yang sakit. Penatalaksanaan meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau
terapi kombinasi. Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan atau radiasi dan kemoterapi. Protokol
kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi adriamycin (doksorubisin) cytoksan
dosis tinggi (siklofosfamid) atau metrotexate dosis tinggi (MTX) dengan leukovorin.
Agen ini mungkin digunakan secara tersendiri atau dalam kombinasi. Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan
meliputi hidrasi dengan pemberian cairan normal intravena, diurelika,
mobilisasi dan obat-obatan seperti fosfat, mitramisin, kalsitonin atau
kortikosteroid (Gale. 1999: 245).
b. Tindakan keperawatan
1) Manajemen
nyeri
Teknik
manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam,
visualisasi, dan bimbingan imajinasi) dan farmakologi (pemberian analgetik).
2) Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
Motivasi
klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan berikan dukungan
secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau
rohaniawan.
3) Memberikan
nutrisi yang adekuat
Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi
sebagai efek samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi
yang adekuat. Antiemetik dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi
gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai dengan
indikasi dokter.
4) Pendidikan kesehatan
Pasien
dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan terjadinya
komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah (Smeltzer.
2001: 2350).
5)
Jika diperlukan traksi,
Prinsip Perawatan Traksi
a) Berikan tindakan kenyamanan (contoh: sering ubah posisi,
pijatan punggung) dan aktivitas terapeutik.
b) Berikan obat sesuai indikasi contoh analgesik relaksan
otot.
c) Berikan pemanasan lokal sesuai indikasi.
d) Beri
penguatan pada balutan awal / pengganti sesuai dengan indikasi, gunakan teknik
aseptic dengan tepat.
e) Pertahankan linen klien tetap kering, bebas keriput.
f) Anjurkan klien menggunakan pakaian katun longgar.
g) Dorong klien untuk menggunakan manajemen stress, contoh:
bimbingan imajinasi, nafas dalam.
h) Kaji derajat imobilisasi yang dihasilkan
i) Identifikasi tanda atau gejala yang
memerlukan evaluasi medik, contoh: edema, eritema.
Tujuan penatalaksanaan untuk menghancurkan atau mengangkat jaringan
ganas dengan metode seefektif mungkin :
Tindakan pengangkatan tumor
biasanya dengan mengamputasi
Kemotrapi mengurangi masa tumor
dengan alkilatin kimotrapi yang
komfirmasikan yang
dilaksanakan sebelum dan sesudah pembedahan
dengan tujuan untuk membasmi
lesi micro metastatik
Analgesik
Alloperinol untuk mengontrol
hiperurisemia. Outputurin harus baik(2500-
3000ml/hari) unutuk mengukur
tingkat serum kalsium dan mencegah
hiperkalsium dan hiperurisemia.
g. Pemeriksaan
Diagnostik
- CT Scan (Computed Tomography Scan)
- MRI (Magnetic Resonance Imaging)
- Sinar-x (foto
rontgen)
- Mielogram
- Arteriografi
(Rasjad: 2003)
- Biopsi
- Tindakan Operasi
B. Konsep Keperawatan
a. Pengkajian
Riwayat Keperawatan
Perlu dikaji perasaan nyeri atau sakit yang dikeluhkan pasien, kapan
terjadinya, biasanya terjadi pada malam hari. Tanyakan umur pasien, riwayat
dalam keluarga apakah ada yang menderita kanker, prnah tidaknya terpapar dalam
waktu lama terhadap zat-zat karsinogen dan sesuai dianjurkan
Pengkajian fisik
Lakukan pemeriksaan untuk mengidentifikasi adanya nyeri, bengkak,
pergerakan terbatas, kelemahan.
Riwayat Psikososial
Kaji adanya kecemasan, takut ataupun depresi
Pemeriksaan diagnostik
Periksa adanya anemi, hiperkalsemia, hiperkalsiuria
dan hiperurisemia
b. Diagnose Keperawatan
1.
Nyeri
yang berhubungan dengan proses patologik dan pembedahan
(amputasi)
2. Kerusakan
mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan
muskuluskletal,nyeri dan amputasi.
3. Gangguan
harga diri/citra tubuh yang berhubungan dengan gangguan struktur tubuh/gangguan
fungsi, faktor biofisikal; kehilangan bagian tubuh.
4.
Kurang
pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan yang
berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang pelaksanaan
perawatan di rumah,kurang mengingat/terpajan, salah interpretasi
informasi.
c. Perencanaan
DX I : Nyeri
yang berhubungan dengan proses patologik dan
Pembedahan (amputasi)
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan
selama 1 x 24 jam
Klien Menyatakan nyeri hilang atau terkontrol serta Tampak rileks dan mampu istirahat/tidur
dengan tepat
Kritweria Hasil :
- Klien Menyatakan nyeri
hilang atau terkontrol serta
-
Tampak
rileks dan mampu istirahat/tidur dengan tepat
Intervensi :
1.
Catat dan kaji lokasi dan intensitas nyeri (skala 0-10). Selidiki
perubahan karakteristik nyeri.
2.
Berikan tindakan kenyamanan (contoh ubah posisi sering, pijatan lembut)
3.
Berikan dorongan untuk penggunaan manajemen stres (contoh latihan nafas
dalam, visualisasi dan pedoman khayalan) dan sentuhan terapeutik.
4.
Tingkatkan aktivitas hiburan.
5.
Berikan analgetik; kaji efektifitas dari tindakan penurunan rasa nyeri.
DX II : Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan
kerusakan muskuluskletal, nyeri dan amputasi.
Tujuan : Setelah Di
lakukan Tindakan Keperawatan selama 1 X 24
klien tidak mengalami kerusakan mobilitas fisik.
Kriteria
hasil :
-
Menyatakan pemahaman situasi individual, program pengobatan, dan
tindakan keamanan
-
Ikut serta dalam program latihan/menunjukan keinginan berpartisipasi
dalam aktivitas
-
Menunjukan teknik/perilaku yang memampukan tindakan beraktivitas
-
Mempertahankan koordinasi dan mobilitas sesuai tingkat optimal
Intervensi :
1. Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap
peningkatan kerusakan.
2. Latihan rentang gerak, ambulasi,
perawatan diri.
3. Diskusikan pentingnya membuat waktu
instirahat yang sering karena semuanya tidak menguntungkan.
4. Berikan aktivitas hiburan.
5. Bantu dengan dan ajarkan tentang latihan
nafas dalam
6. Bantu latihan rentang gerak khusus area
yang sakit dan yang tak sakit
mulai
secara dini pada tahap pasca operasi.
7. Dorong latihan aktif/isometrik untuk
bagian ekstrimitas yang diamputasi
DX III : Gangguan
harga diri/citra tubuh yang berhubungan dengan
gangguan struktur
tubuh/gangguan fungsi, faktor biofisikal;
kehilangan bagian tubuh.
Tujuan :
Setelah diberikan
asuhan keperawatan 1 x 24 klien tidak
Mengalami gangguan harga
diri
Kriteria hasil :
-
Mengungkapkan
perasaan/perhatian dan menggunakan keterampilan koping yang positif dalam
mengatasi perubahan citra.
-
Membuat rencana nyata
untuk adapatsi peran baru/perubahan peran.
-
Mengenali dan menyatu
dengan perubahan dalam konsep diriyang akurat tanpa harga diri negative
Intervensi :
1.
Kaji/pertimbangkan
persiapan pasien dan pandangan terhadap amputasi
2.
Kaji derajat dukungan
yang ada untuk pasien.
3.
Perhatikan perilaku
menarik diri, membicarkan diri tentang hal negatif,penggunaan penyangkalan atau
terus-menerus melihat perubahan nyata/yang diterima.
4.
Berikan waktu dan
dorongan untuk mengungkapkan perasaan dan masalah.
5.
Tekankan penjelasan
dokter tentang proses penyakit, tindakan, dan hasil yang diharapkan;
klarifikasi setiap salah konsep yang terjadi.
DX IV : Kurang
pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi,
prognosis, dan kebutuhan pengobatan yang berhubungan
dengan kurangnya informasi tentang
pelaksanaan
perawatan di rumah,kurang mengingat/terpajan, salah
interpretasi informasi.
Tujuan :
Setelah
diberikan asuhan keperawatan 1 x 24 tingkat
pengetahuan klien meningkat
Kriteria hasil :
-
Mengungkapkan
pengertian tentang proses penyakit, rencana pengobatan, dan gejala kemajuan
penyakit.
-
Melakukan dengan benar
prosedur tertentu dan menjelaskan alasan tindakan.
-
Melakukan perubahan
pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan
Intervensi :
1. Kaji ulang proses penyakit/prosedur bedah dan harapan
yang akan datang.
2. Identifikasi tanda/gejala yang memerlukan evaluasi
medik, contoh oedema, eritema, peningkatan suhu tubuh.
3. Tekankan pentingnya dan keuntungan dalam
mempertahankan program latihan yang telah dianjurkan sesuai toleransi.
4. Diskusikan tentang pengobatan: nama, jadwal, tujuan,
dosis, dan efek samping.
5. Tingkatkan aktivitas fisik; rentang gerak, nafas dalam
6. Tekankan pentingnya diet nutrisi seimbang dan
pemasukan cairan yang adekuat.
7. Tekankan pentingnya lingkungan yang aman untuk
mencegah fraktur.
8. Diskusikan tanda dan gejala kemajuan penyakit: peningkatan
nyeri dan mobilitas.
-
Doenges,
Marilyn E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien : alih bahasa, I Made Kariasa ; editor,
Monica, Ester, Edisi 3, EGC ; Jakarta.
-
Brummer & Suddart.
2002. Edisi 8. Vol 2. Jakarta : EGC.
-
Carpenito, L.
J. 2001. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa Keperawatan dan
Masalah Keperawatan. Jakarta : EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar